Oleh
Ustadzah Nurjanah Hulwani
Berbakti kepada orang tua bagian kewajiban kita setelah kita mentaati Allah SWT. Posisi orang tua tetap tidak akan tergantikan dengan menikahnya kita (adanya istri/suami dan anak-anak). Apapun kondisi orang tua kita saat ini merekalah yang begitu berjasa kepada kita baik lahir maupun batin hingga kita sampai pada kondisi saat ini, yang selalu terjaga dengan kesehatan dan mampu bertahan mengarungi perjalanan hidup baik suka maupun duka.
Andai
saja kita diminta Allah SWT membalas kebaikan orang tua kita dari mulai
melahirkan, merawat, menjaga dan mendidik kita dengan rupiah (materi) dan
pembiayaan dihitung dengan nilai rupiah sekarang tentu kita tidak akan mampu
(terutama bagi kita yang dapet ujian masalah ekonomi hanya dicukupkan untuk
beribadah). Dan satu pemberian yang tidak akan mampu kita rupiahkan adalah
ketulusan dan kasih sayang yang mereka mereka limpahkan kepada kita.
Karena
itulah Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada
keduanya denga memberikan ketulusan dan kasih sayang seperti yang mereka
berikan kepada kita. Maka agar kita bisa mewujudkan bakti kita kepada kedunya
dengan ketulusan dan kasih sayang, kita sebagai anak harus berjuang semaksimal
mungkin menjadi anak yang soleh/ah, agar kesolehan yang Allah SWT sematkan
kepada kita menjadi sebab do’a kita kepada keduanya menjadi amal yang mengalir
hatta keduanya sudah meninggal dunia. Modal kesolehan yang kita miliki kita
berharap diberi kemudahan menjadi anak yang berbakti sampai kematian memisahkan
kita dengan keduanya.
1. SYUKUR
Paket syukur adalah jika orang tua kita memiliki kreteria :
a. Orang tua yang berpendidikan, berpenghasilan, fisiknya
dalam keadaan sehat wal afiat, usia keduanya masih relatif muda dan masih
memiliki jabatan, dan lain-lain. Saya suka mengistilahkan tipe seperti ini
adalah orang tua mandiri, mandiri karena merasa belum membutuhkan bantuan
(masih sehat, masih bekerja, dan masih banyak aktivitas).
Berbakti kepada orang tua yang mandiri karena urusan dunia
seperti yang tersebut diatas bisa jadi terasa mudah bagi anak untuk berbakti
kepadanya namun kemudahan yang sesaat karena keduanya masih ditemani dengan
kesehatan, kekayaan, jabatan dan seabreg aktivitas. Berbakti kepada orang tua
seperti ini tidak lagi bentuknya memberi bantuan berupa materi tetapi bentuk
bakti yang kita lakukan adalah berjuang semampunya untuk mendekatkan orang tua
kita pada fitrahnya yaitu kembali kepada ketaatan. Ujian berbakti kepada orang
tua saat mereka jauh dari ketaatan menjadi dekat (kembali) kepada ketaatan.
b. Orang tua yang mandiri karena ketaatannya kepada Allah SWT.
Berbakti kepada orang tua yang mandiri karena ketaatannya
tentu akan terasa lebih mudah dan kemudahan yang langgeng tentunya karena
keduanya selalu bersama ketaatan. Kemudahan seperti ini kita bisa memaksimalkan
bakti kita kepada keduanya tentunya tidak lagi sekedar mendekatkan pada
ketataatan pribadi masing-masing saja (anak dan orang tua) tapi lebih dari itu
ketaatan yang bersama-sama antara anak dan orang tua diharapkan bisa
menghadirkan kemaslahatan banyak orang dengan kata lain mampu mentransfer dari
kesolehan anak dan orang tua menjadi kesolehan tetangga dan masyarakat
sekitarnya.
Akhirnya kita berharap berbakti dengan paket syukur ini kita
bisa menteladani keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam,
anak dan orang tua sama-sama berjalan di jalan ketaatan juga bersama-sama
berjalan di jalan fisabilillah.
(bersambung …)
0 komentar :
Posting Komentar