Ketiga, saling
memahami job desk (tugas)
masing-masing
Pada umumnya setiap pasangan mempunyai tugas masing-masing
yang sudah diamanahi Allah SWT. Suami mempunyai tugas mencari nafkah (bekerja),
sedangkan istri menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Walaupun demikian, bukan berarti keduanya tidak bisa saling membantu terhadap
tugasnya masing-masing. Jika penghasilan suami tidak mencukupi kebutuhan pokok atau mendadak di PHK, maka bekerja menjadi pilihan bagi
istri. Begitu juga saat istri sakit atau pada saat istri ada aktivitas
pengajian, maka menjalankan tugas-tugas istri menjadi pilihan bagi suami
setelah menjalankan tugas utamanya (mencari nafkah).
Selain
tugas-tugas pokok tersebut, setiap pasangan harus memahami tugas lainnya,
seperti saling mengeluarkan kata-kata yang baik, jika tidak mampu berkata baik maka
diam menjadi pilihan. Ujian berkata baik adalah pada saat pasangan kita tidak
berkata baik (kasar) kalau kita bisa berkata baik kenapa harus berkata kasar
sampai lagi sumpah serapah. Selain itu tugas lainnya adalah setiap pasangan
juga harus saling menutupi kekurangan (aib) masing-masing.
Ujian amanah
adalah menutupi aib orang yang telah membuka aib kita atau yang telah menyakiti
perasaan dan fisik kita. Maksudnya adalah jika kita diuji dengan pasangan yang
bermasalah yang melakukan kemaksiatan sampai menimbulkan aib, maka aib pasangan
kita hanya cukup kita dan Allah SWT saja yang tahu. Atau jika tidak mampu
menghadapinya, maka konsultasi kepada orang yang tepat (sejenis, lebih sholeh
dan amanah) bisa dilakukan.
Dan jangan
sampai aib pasangan kita diketahui oleh anak, karena ujian mencintai pasangan
dengan tulus adalah saat ia mampu menyadarkan pasangannya ke jalan yg lurus dan
hikmah. Dan jika kita menjadi pasangan yang mampu kitmanusir (menyimpan rahasia aib pasangan) kepada anak-anak kita,
maka saat pasangan kita sudah kembali ke jalan yang benar ia tidak harus
meminta rehabilitasi nama baiknya dihadapan anak dan keluarga besarnya (karena
aibnya tidak tersebar). Dan kesabarannya menyimpan aib pasangannya, Allah SWT
akan menjaga aibnya di dunia dan di akhirat serta keharmonisan dalam keluarga
Allah kembalikan bebarengan kembalinya pasangannya ke jalan yang benar.
Akhirnya, jika
setiap pasangan memahami dan menjalankan tugasnya masing-masing maka pekerjaan
menjadi suami atau istri terasa ringan (beban berat jangan dipikul
sendiri-sendiri). Sebelum kita memikirkan (menuntut) job desk pasangan kita, maka kita lebih dahulu mentelateni sudah
berapa persen job desk kita sebagai
istri/suami/orangtua yang sudah kita realisasikan. Jika kita sudah memulai dari
diri kita sendiri, insya Allah kita berharap Allah SWT memudahkan pasangan dan
anak-anak kita untuk mengikutinya.
Keempat, saling
memiliki tanggung jawab
Saling memiliki tanggung jawab maksudnya adalah setiap
pasangan memahami bahwa perjalanan rumah tangga menuju kebahagiaan (mawadah warohmah) perlu kesabaran
karena bisa jadi di awal, dipertengahan atau di akhir perjalanannya menemukan
ujian-ujian (rintangan/kesulitan). Yang ujian-ujian tersebut bisa jadi akan
menghambat perjalanan atau bisa juga akan menghentikan sama sekali perjalanan (perceraian
dini) atau sebaliknya jika keduanya sama-sama memiliki tanggung
jawab mereka sepakat untuk melanjutkan walaupun rintangan selalu menghadang
perjalanannya. Perjalanan ketulusan dan kegigihan seperti inilah yang akan
menghantarkan bagi penempuhnya untuk sampai kepuncak perjalanan (yaitu Allah
turunkan pada keduanya mawadah warahmah).
Bentuk
rintangan/halangan dalam perjalanan yang saya maksud adalah bisa jadi bentuk
ujiannya adalah masalah ekonomi keluarga ,masalah anak (sakit dan perilaku yang
belum baik), masalah keluarga besar dan masalah-masalah lain yang tentunya
setiap pasangan mendapat paket ujian (rintangan) dari Allah yang berbeda-beda. Walaupun
rintangan (ujiannya) berbeda tapi tujuannya sama agar kita bisa menjalaninya
dengan sabar dan bergerak terus tanpa henti sampai Allah turunkan pertolongan (kemudahan)
bagi kita melewati rintangan tersebut.
Kita bisa
menteladani kisahnya Nabi Musa alaihissalam
saat beliau dihadapi pada persoalan yang amat sulit dan beliau sudah diambang
maksimal usahanya maka saat-saat sulit seperti itu beliau lengkapi usahanya
dengan melipatgandakan do'a dan harapanya kepada Allah SWT saat dihadapannya
ada lautan dan dibelakangnya firaun dengan rombongannya yang siap akan
menyerangnya. Maka pada saat itu juga Allah SWT mengijabah do'a dan harapan
Nabi Musa alaihissalam Allah SWT
turunlah pertolongan-Nya yaitu lautan dapat terbelah. Nabi Musa alaihissalam terselamatkan dan firaun
ditenggelamkan.
Dari kisah Nabi
Musa alaihissalam memberikan
pelajaran pada kita jika Allah merasa kita sudah layak untuk mendapatkan
pertolongan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk membantu kesulitan
kita dengan caranya sendiri yang bisa jadi menurut kita mustahil (laut bisa
terbelah dilihat kasat mata oleh Nabi Musa alaihissalam).
Untuk itulah
kita harus memiliki nafas yang panjang dalam menempuh perjalanan menuju mawadah warahmah, selama kita bersama
Allah SWT dan selalu melibatkan-Nya dalam menempuh perjalanan rumah tangga maka
bersama itu pulalah pertolongan selalu bersama kita. ■
0 komentar :
Posting Komentar