Oleh Anis Matta
PKS Tambora - Tidak ada kebaikan yang dapat kita
semaikan ditengah masyarakat, kecuali apabila kita memulai persentuhan kita dengan
lingkungan sosial di mana kita berada dengan cinta. Cinta adalah energi jiwa
yang dahsyat, yang bukan saja bisa menjadi rahim yang melahirkan keharmonisan
dalam rumah tangga, tempat kerja, dan organisasi, tetapi jua dalam masyarakat,
bahkan bangsa dan kemanusiaan. Cinta mencerahkan kehidupan kita, dan
menjadikannya nyaman untuk diresapi. Cinta adalah kumpulan dari semua keinginan
baik kepada orang lain. Karena, ia mengejawantah dalam beberapa sikap.
Pertama, perhatian.
Cinta mengejawantah dalam bentuk perhatian penuh yang kita berikan kepada objek yang kita cintai. Perhatian pada keadaanya yang sebenarnya; sisi kebaikan dan keburukannya; keindahan dan kejelekannya; kekuatan dan kelemahannya; kesedihan dan kegembiraannya; harapan dan kecemasannya; sejarah masa lalu dan impian masa depannya; ketakutan yang tersembunyi dalam dirinya; dan kebutuhan-kebutuhan jiwa, pikiran, dan fisiknya yang terungkap maupun tidak terungkap, untuk tumbuh dan berkembang.
Perhatian ini melahirkan pemahaman, pengertian dan apresiasi yang mendalam terhadap objek yang dicintai, sekaligus melahirkan penerimaan yang wajar dan apa adanya. Sebab, apa yang kita pikirkan tentang objek itu bukanlah seperti apa kondisinya saat ini, tetapi apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya lebih baik.
Jadi, jika misalnya anda menyatakan anda mencintai istri anda, maka hal inilah yang pertama anda lakukan untuk dirinya; memperhatikannya secara seksama, untuk kemudian memahami, mengerti, mengapresiasi, dan menerima kondisinya secara wajar dan apa adanya. Hal ini juga berlaku terhada orang tua kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita dikantor, dan mereka yang ada dimasyarakat.
Kedua, penumbuhan.
Cinta selanjutnya mengejawantah dalam bentuk usaha-usaha menumbuhkan potensi kebaikan yang ada pada objek cinta, dan memaksimalkan pengrmbangan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Cinta yang mengejawantah disini mengharuskan kita memfokuskan pandangan kita terhadap sisi-sisi positif yang ada pada objek cinta, serta menolong kita untuk bersikap optimis dan bekerja untuk mengembangkannya semaksimal mungkin.
Cinta pada
tahap ini berarti bahwa kita berusaha memfasilitasi proses pertumbuhan dan
perkembangan objek cinta, sehingga pada suatu rentang waktu tertentu dari masa
pergaulan dan interaksinya dengan kita, ia menunjukkan kemajuan dan perbaikan
dari masa sebelumnya.
Jadi,
setelah melalui suatu usia tertentu dari masa perkawinan, jika anda benar-benar
mencintai pasangan anda dengan cara yang benar, maka ia seharusnya tumbuh dan
berkembang dengan segenap potensinya dan menjadi lebih baik daripada sebelum
anda menikah dengannya. Demikian juga dengan anak-anak dan sahabat-sahabat
kita. Mereka seharusnya menjadi lebih baik setelah bersentuhan dengan kita
dalam pergaulan yang lama.
Ketiga, perawatan.
Seperti juga
bunga, jika ia sudah tumbuh di taman hati kita, maka kita harus terus merawat,
menyiram dengan air, dan memberinya sinar matahari, agar ia tidak layu dimakan
waktu. Demikianlah juga cinta, ia mengejawantah dalam bentuk usaha-usaha kita
untuk merawatnya, mempertahankan kehangatannya, geloranya, kedahsyatannya, dan
pergerakannya; agar ia senantiasa menyala dan bersemi dalam jiwa.
Cinta pada
tahap ini berarti bahwa kita berusaha untuk menyiram bunga cinta pada objek
cinta kita dengan kebaikan-kebaikan. Sebab, cinta hanya tumbuh dan bersemi di
atas tanah yang subur. Hal ini karena ia dipupuk dengan perbuatan-perbuatan
baik, sikap-sikap bijaksana, serta tindakan-tindakan arif dan penuh kasih. Hal-hal
tersebut berfungsi seperti air yang menyuburkan dan matahari yang menumbuhkan.
Begitulah kita
mencintai istri, orang tua, anak-anak, sahabat dan yang lainnya. Bahwasannya kita
tidak pernah berhenti mensuplai mereka dengan berbagai bentuk kebaikan, agar
mereka tetap subur, hangat, dan kuat dalam rengkuhan cinta.
Keempat, perlindungan.
Seperti juga
bunga di taman, ia bukan hanya memerlukan perawatan, tetapi juga perlindungan
dari berbagai bentuk ancaman yang dapat mematikannya, seperti hama, penyakit,
perusakan, dan yang lainnya. Demikianlah juga cinta. Cinta mengharuskan kita
melindungi objek cinta kita dari semua sumber ancaman yang dapat mematikannya.
Cinta pada
tahap ini berarti bahwa kita harus memberikan perlindungan fisik dan emosional
serta spiritual kepada objek cinta kita, sehingga ia aman dari rasa takut dan
cemas, bebas dari penderitaan dan kesengsaraan, selamat dari ketersesatan,
serta hidup penuh harapan dan kegembiraan. Cinta pada tahap ini juga mengharuskan
kita membiasakan diri memaafkan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan
terhadap kita. Seharusnya, orang-orang yang kita cintai merasakan hal tersebut
sebagai pengejawantahan cinta kita.
Akan tetapi,
cinta dalam pengertian seperti ini, yang mengejawantah dengan cara seperti ini,
memang hanya bisa lahir dari pribadi-pribadi yang matang, yang memiliki
kesabaran, kasih sayang, kemurahan hati, kelapangan dada, dan ketekunan. Walaupun
demikian, hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipelajari.
[Ditulis
ulang dari buku ‘Dialog Peradaban, Refleksi Dua Ikon Perubahan, Mencipta
Manusia Paripurna, hal 260-264]
0 komentar :
Posting Komentar