Oleh Hj. Nurjanah Hulwani
1. “Siapa yang menyerahkan jiwanya untuk
agamanya, maka ia akan melalui hari-harinya dalam kelelahan akan tetapi ia kan
hidup dan mati dalam kemuliaan” (Syaikh Ahmad Yasin, Gaza).
2. Terkadang celotehan kita tak terkendali
saat kita membanggakan kehebatan diri kita sendiri dengan meremehkan orang yang
sedang kita ajak bicara. Kita mengakhiri komunikasi dengan membawa kepuasan
hawa nafsu, sedangkan orang yang kita remehkan membawa rasa sakit hati, bahkan
dendam yang bisa jadi do’a-do’a terijabah karena menjadi objek kezaliman. Semoga
kita selalu dapat menuntun lisan kita dengan kata-kata baik yang mendatangkan
ketentraman bagi yang mendengarnya.
3. Kedewasaan dalam mengarungi perjalanan
dakwah adalah tidak mudah mengeluh saat bertemu kesulitan yang bertubi-tubi. Bisa
jadi kesabaran saat bersama kesulitan akan membuahkan hasil kebaikan yang
berlipat. Seperti kisah Ghulam dalam Ashabul Uhdud, kerelaan dan kesabarannya
menerima hukuman gantung sebagai konsekwensi dakwahnya ditanah lapang yang
disaksikan kerumunan masyarakat membuahkan hasil yang berlipat yaitu, semua
yang menyaksikan menyatakan keimanannya kepada Robbnya Ghulam dengan kata-kata
: “Aamanu bi Robbil ghulam”
4. Amal kebaikan yang sedang kita jalani baik
yang mudah atau sulit, yang menyenangkan atau menyedihkan, semoga bisa menjadi
sejarah perjalanan hidup kita kelak yang bisa diwarisi dan diteladani oleh
generasi setelah kita.
5. Intensitas silaturahim yang terus-menerus
membuat orang lain menyukai yang kita sukai (Cinta, Kerja dan Harmoni).
6. “Keawaman kami sebagai muslim yang membuat
kami banyak melanggar perintah-Mu, mudahkanlah bagi kami merubah keawaman kami
menjadi santri. Dan dari santri menjadi ulama agar kami menjadi muslim yang selalu
mentaati-Mu.”
7. Kerja dakwah begitu banyak dan luas, dengan
atau tanpa jabatan struktur kita akan terus dan terus bekerja.
8. Obrolan sehari-hari kita sangat terkait dengan
kondisi ruhi kita, jika ruhi kita kuat maka yang menjadi obrolan seperti yang saya
dengar dari muslimah Gaza : “Saya sudah
hafal 25 juz tinggal, 5 juz lagi.” Saya ikut wisuda diiringi dengan senyum
bahagianya” (Umu Ibtisam sekitar 45 tahun). Sedangkan yang lemah ruhi biasanya
obrolannya seputar keduniaan seperti ungkapan : “Sudah ganti BB terbaru?” (berpacu dengan gaya hidup yang terus
berkembang)
9. Selama kita selalu melibatkan Allah SWT
dalam semua ativitas kita jangan pernah khawatir dengan kesulitan dan rintangan
yang kita hadapi. Allah SWT pasti punya cara sendiri untuk membantu kita
menyelesaikan kesulitan yang kita hadapi. Bagi kita tidak mungkin bagi Allah SWT
bisa mungkin (kisah terbelahnya lautan untuk menolong Nabi Musa As).
10. Penglihatan dan pendengaran Allah SWT tak
dibatasi oleh jarak dan waktu, dan kita tidak akan pernah luput dari
penglihatan dan pendengaran-Nya. Semoga kita selalu bersikap dan bertutur kata
yang baik dimanapun kita berada.
11. Kompromi dengan kekurangan diri membuat
kita terjaga dari sifat merendahkan orang lain (baik dengan hati dan bahasa
tubuh)
12. Waktu adalah kehidupan. Sangat indah
kata-kata seorang penyair : “Jika engkau tidak menanam dan bertemu orang yang
sedang memanen, engkau akan menyesali penyia-nyiaan waktumu pada musim tanam.”
13. Kegelisahan biasanya terjadi karena kita
tidak berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik itu aturan Allah SWT atau
aturan organisasi yang sudah disepakati dari hasil syuro (musyawarah) dalam
realisasinya dilanggar.
14. Nilai dirimu bukan pada posisimu, tapi
pada seberapa besar kontribusimu dalam dakwah.
15. Buah mendisiplinkan amalan sunnah
dipertiga malam, ruh kita akan selalu terbangun dengan alarm ilahiyah. Semoga
keistiqomahan selalu bersama kita.
0 komentar :
Posting Komentar