oleh Agung Setiarso, ST
Jika kita cermati dalam beberapa tulisan berupa pendapat
masyarakat tentang dakwah yang ditulis diberbagai media, termasuk media sosial
maka akan kita jumpai banyaknya perbedaan pendapat tersebut. Mulai dari
pendapat yang terang2an membenci dan menghujat dakwah dengan kata-kata yang kasar
sampai pendapat yang menyatakan ‘cinta mati’ terhadap dakwah. Dalam islam ini
merupakan sunatullah yang tidak dapat dihindari, bahkan Rasulullah SAW pun
mengalaminya. Dakwah ini pun muncul karena adanya kebathilan. Dimana ada
kebathilan maka disitu akan ada kebaikan, demikian pula sebaliknya. Itulah yang
disebut dengan sunnah at tadafu’.
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”(QS. Al-Baqarah: 251).
Sunnah at
Tadafu’ ini harus dipahami oleh setiap aktivis ataupun orang awam
sehingga mereka dapat memposisikan dirinya. Apakah mereka dalam posisi kebaikan
(dakwah) atau sebaliknya (kebathilan). Orang yang memposisikan dirinya netral
(tidak berpihak) adalah orang yang belum mengerti tentang hakekat dari
keberadaannya dan hanya menjadi objek dari perilaku orang lain. Mereka
membiarkan dirinya menjadi korban dari kebengisan dari orang-orang yang zhalim
namun tidak mau melawannya.
Dalam kondisi seperti ini maka akan ada 3 golongan, seperti
yang digambarkan oleh Allah SWT dalam surah al Baqarah : 249-251.
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa, ‘Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir’. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam’.”(QS Al-Baqarah: 249-251).
Pertama, adalah
orang-orang yang zhalim dan biadab (Jalut). Mereka memiliki pasukan perang yang
banyak dan persenjataan yang sangat lengkap. Mereka juga menguasai media dan
alat-alat pengintai yang modern. Teknologi mereka sangat canggih. Namun mereka
selalu jauh dari nilai-nilai Islam.
Kedua, adalah
orang-orang aktivis dakwah (Thalut). Meskipun jumlah mereka sedikit dan
memiliki persenjataan yang sangat minim namun mereka memiliki semangat dan
keyakinan yang tinggi. Karena mereka berdakwah karena Allah. Pendirian mereka
kokoh dan kesabaran mereka tidak ada batasnya. Mereka senantiasa memperjuangkan
nilai-nilai Islam.
Ketiga, adalah orang-orang yang tidak punya pendirian.
Mereka sangat takut terhadap risiko yang akan dihadapi ketika hendak mengambil
keputusan. Seperti kata sebagian orang dalam peristiwa tersebut,
“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya” (QS Al-Baqarah: 249).
Neraka jahannam adalah tempat yang pantas untuk orang-orang
yang zhalim, yang senantiasa menpersekutukan Allah. Mereka menjadikan harta
benda, wanita, dan kekuasaan menjadi tuhannya. Mereka tidak menjalankan
perintah-perintah Allah dan melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah. Hatinya jauh
dari mengingat Allah, pikirannya penuh dengan makar untuk memadamkan api
dakwah, dan perilakunya berlumuran maksiat dan syahwat. Merak akan kekal dalam
azab Allah di neraka jahanam kelak.
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.” (QS. 3 : 151).
Sedangkan orang-orang yang berdakwah akan mendapatkan tempat
yang mulia disisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berjihad
dijalan Allah dengan kondisi apapun, sempit maupun lapang. Mereka senantiasa
bergembira dalam beramal, jauh dari rasa sedih dan takut karena mereka yakin
Allah bersama mereka. Tidak ada problematika duniawi yang mneghalangi mereka
untuk berangkar ketika panggilan dakwah sudah mereka dengar, dan mereka
menjalankannya dengan senyum penuh dengan kebahagiaan. Cercaan, umpatan dan
hinaan para penentang dakwah tidak membuat langkah mereka surut sejengkalpun.
Mereka terus beraktivitas dengan semangat. Itulah orang-orang yang senantiasa
mendapat petunjuk dari Allah SWT,
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi : 13).
Mereka senantiasa ditolong oleh Allah SWT ketika tidak ada
satupun manusia yang dapat menolongnya,
“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum : 47).
Derajat mereka paling tinggi di sisi Allah SWT,
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139).
Bagaimana dengan orang-orang yang tidak berpendirian? Mereka
ibarat pohon yang tidak memiliki akar. Mudah sekali untuk roboh.
“Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya ikut bersama-sama orang, kalau orang-orang berbuat baik, saya juga berbuat baik, dan kalau orang-orang berbuat jahat sayapun berbuat jahat. Akan tetapi teguhkanlah pendirianmu. Apabila orang-orang berbuat kebajikan, hendaklah engkau juga berbuat kebajikan, dan kalau mereka melakukan kejahatan, hendaknya engkau menjauhi perbuatan jahat itu.” (HR. at-Turmudzi).
Nah, sekarang, dimanakah posisi kita ?
Wallahu
a’lam.
0 komentar :
Posting Komentar