Kultwitt oleh
@dedhi_suharto
Bismillahirrahmaanirrahiim
“Demi masa sesungguhnya manusia itu sungguh dalam
kerugian.” Al-Qur’an surat Al-‘Ashr
ini adalah surat yang mampu membuat imam As-Syafi’i rahimahullah terpukau. “Sekiranya Al-Qur’an hanya turun diwakili
oleh Qur’an surat Al-‘Ashr ini niscaya itu sudah mencukupi,” menurut beliau. Qur’an
surat Al-’Ashr itu sendiri memang pendek. Tapi syarat makna.
Pertama, menyatakan “sungguh manusia”, bukan yang lain.
Karena kita manusia, maka kita adalah obyek pembicaraan Qur’an surat Al-‘Ashr
ini. Sungguh kita apa? Sungguh manusia itu “sungguh
dalam kerugian”. Jadi tidak main-main tapi pasti merugi. Sungguh dalam
kerugian? Ah, masak..? Boleh saja kita berkilah. Tapi silakan hitung-hitung.
Gak usah bicara dosa dulu, tapi bisakah kita membalas nikmat yang telah
diberikan Allah dengan ibadah kita?
Berapa banyak kita ibadah? Sampai kaki melepuh seperti Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam? Sampai
lebih banyak ibadah kita dibandingkan tidur? Kalopun Anda bisa seperti itu
(saya meragukannya), tetap saja amal ibadah Anda itu masih bisa dihitung pake
komputer.
Adapun nikmat Allah tak
mampu dihitung oleh komputer tercanggih sekalipun. Tak sanggup kita
menghitungnya saking banyaknya. Nikmat udara yang kita hirup saat bernafas.
Berapa banyak sudah kita habiskan oksigen itu. Coba kalo bayar kayak di rumah
sakit? Belum nikmatnya makan setelah lapar. Bahkan lapar itu sendiri pada batas
tertentu nikmat juga. Bahkan yang tampak tak pantas jadi nikmat seperti buang
angin (maaf) juga nikmat yang layak disyukuri. Coba saja gak buang-buang angin.
Ups!
Katakan kita masih ngeyel bahwa ibadah kita telah
menandingi nikmat-nikmat itu. Lalu bagamana dengan rasa nikmat saat ibadah itu?
Bagaimana kita membalas rasa nikmat saat
ibadah? Ataukah ibadah yang kita lakukan gak berasa nikmat? Kalo ibadah yang
kita lakukan gak berasa nikmat, apakah karena terpaksa kita melakukannya yang
berarti kita main-main dalam ibadah? Karena itu tak akan kita pernah mampu
membalas nikmat-nikmat Allah dengan ibadah-ibadah yang kita lakukan. Selalu
minus hasilnya. Dan hasil minus
tersebut, masih ditambah lagi dengan minus dari dosa-dosa yang kita lakukan. Bagamana
kita tidak merugi? Untungnya Qur’an surat Al-‘Ashr
memberikan pengecualian untuk keluar dari kerugian itu.
Pertama, kita mesti beriman
Iman kepada Allah itu sangat
berharga. Sebab iman berarti mensyukuri telah dijadikan hambaNya di bumi ini. Hanya
saja iman itu bukan sekedar pernyataan tanpa bukti. Karena itu ada ujian thd
iman. Siapa lulus berarti benar imannya.
Kedua, beramal shalih
Amal shalih ini penting
sebagai bukti iman. Dan juga sebagai ekspresi syukur kepada Allah SWT.
Ketiga, saling menasehati dengan kebenaran dan dengan
kesabaran
Saling menasehati ini
penting karena iman itu yazid
(bertambah) dan yanqush (berkurang).
Saling menasehati membuat iman stabil. Karena itu jangan heran kalau ada
aktivis kemudian melemah imannya bahkan berbalik musuhi Islam. Itu karena
ketiadaan saling menasehati.
Karena itu, perkuat saling
menasehati. Termasuk menasehati qiyadah
(pimpinan). Tentu dengan cara yang baik. Juga saling menasehati antara suami dengan
isteri, ataupun orang tua dengan anak-anaknya. Kuncinya: caranya mesti yang
elegan.
Karena itu, jadikan
twitterland ini sebagai sarana saling menasehati. Bukan sarana untuk memfitnah
dan menimbulkan permusuhan. Mari kita saling berkasih sayang untuk menjaga dan
meningkatkan iman dengan saling menasehati lewat cara-cara terbaik agar tidak
rugi. ■
http://chirpstory.com/li/61388
0 komentar :
Posting Komentar