Pagi ini (14 Maret 2013) saya menulis dua status berturut-turut di Facebook:
Status I:
Parpol atau ormas itu cuma kendaraan. Alangkah naifnya jika kita fanatik terhadap kendaraan. Kalau mau fanatik, ya sama Islam saja.
Status II:
Ketika ada orang yang fanatik terhadap klub sepakbola tertentu, artis tertentu, ulama tertentu, kita menganggap itu biasa-biasa saja. Tapi ketika ada orang yang fanatik terhadap agama yang dia anut, kita menganggap itu perbuatan yang sangat tercela. Mengapa? Bukankah hanya agama yang bisa membuat kita masuk surga? Emangnya Manchester United atau Justin Bieber atau Gus Dur bisa bikin kita masuk surga? Tak bisa kan???
(Pemikiran seperti ini sudah pernah saya tulis di buku Sekuler Loe Gue End)
Setelah membaca status di atas, ada teman yang menyindir, mengatakan saya fanatik terhadap PKS. Secara tidak langsung dia berkata, “Kamu bilang cuma boleh fanatik terhadap Islam. Tapi kamu kok fanatik terhadap PKS?”
“Sindiran” seperti itu memang bisa dimaklumi, karena belakangan ini saya memang banyak menulis status, atau men-share status orang lain, yang intinya adalah membela PKS. Dan banyak orang yang kemudian mengira saya fanatik terhadap PKS, mencintai PKS secara membabi-buta. Bahkan ada teman yang menyindir saya, “Sekarang ada agama baru, ya. Namanya PKS.”
Ya, sebenarnya saya maklum-maklum saja pada persepsi orang lain yang seperti itu. Sebab mereka umumnya belum kenal saya secara lebih dekat.
Mereka mungkin tidak tahu, bahwa dulu ketika PKS menjagokan SBY sebagai capres, saya justru membelot dan memilih JK. Ketika teman-teman mengajak saya untuk ikut kampanye SBY, saya menolak mentah-mentah.
Atau kalau teman2 ingin bukti yang lebih otentik, coba baca tulisan berikut, yang saya tulis pada tahun 2005 lalu:
Ketika Partai Pilihanku Mendukung Kenaikan Harga BBM
Apakah pada artikel tersebut terlihat bahwa saya fanatik terhadap PKS? Silahkan teman-teman berikan penilaian sendiri.
* * *
Bagi saya pribadi, PKS atau ormas hanyalah kendaraan untuk menjalankan tugas kita di muka bumi ini, yakni beribadah kepada Allah. Jadi PKS adalah sarana saya untuk beribadah semata. Khususnya di bidang politik.
“Bukankah sarana beribadah itu banyak? Kenapa harus PKS?”
Karena hingga saat ini, saya menilai bahwa PKS adalah sarana yang paling sesuai dengan ajaran Islam yang saya pahami.
Mungkin Anda punya pemahaman yang berbeda mengenai Islam. Karena itu, Anda pun punya pemahaman yang berbeda pula mengenai “sarana apa yang paling cocok.”
Baiklah. Semua orang boleh berbeda. Tapi selama niatnya sama, yakni untuk beribadah kepada Allah, maka tak ada yang peru dipermasalahkan, bukan?
“Oke, kalau kamu memang tidak fanatik terhadap PKS, berarti kamu siap untuk meninggalkan PKS suatu saat nanti, jika menurut kamu PKS sudah tidak sesuai dengan ajaran Islam?”
Betul sekali. Apapun itu – termasuk PKS – jika dia memang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka mari tinggalkan rame-rame.
Masalahnya, sampai sekarang saya masih berpendapat bahwa PKS masih sesuai ajaran Islam. Itulah sebabnya, saya masih setia pada PKS.
Tapi kalau soal fanatik, ya ke Islam saja. Sebab hanya Islam – bukan PKS atau apapun – yang bisa membawa saya ke surga :)
* * *
Berikut saya copas bagian penting dari tulisan saya tahun 2005 lalu:
Bagi teman-teman yang telah mengenal PKS secara mendalam, saya yakin akan bisa memahami sikap saya ini. Tapi bagi Anda yang belum mengenal PKS lebih dekat, saya akan mencoba menjelaskannya. Tapi sekali lagi maaf jika ini terkesan sebagai kampanye.
Sepanjang pengetahuan saya, PKS bukan partai biasa. Ia bukan partai yang hanya mengurus politik. Partai lain, coba kita lihat. Mereka hanya tersenyum pada rakyat pada saat kampanye pemilu. Para kadernya pun lebih banyak berfokus pada kekuasaan. Mereka amat berambisi jadi penguasa. Karena itu, segala cara pun ditempuh.
Lantas jika pemilu sudah usai, senyum manis itu pun usai. Mereka kembali menampakkan ciri aslinya. Politik itu kotor. Politik itu penuh intrik, kepentingan dan ambisi kekuasaan. Dan itulah gambaran yang paling nyata menyenai partai politik secara umum.
Dulu, saya pun pernah bergabung dengan sebuah partai politik. Dan fakta yang saya temui tidak jauh-jauh dari gambaran di atas.
* * *
Setelah mengenai PKS, ajaib sekali! Saya menemukan nuansa yang benar-benar berbeda. Bagi PKS, politik itu bukan untuk meraih kekuasaan. Politik adalah bagian dari dakwah. Dan sebagai sebuah partai dakwah, kegiatan PKS bukan hanya di bidang politik. Nyaris semua aspek kehidupan disentuh oleh PKS. Ini sangat sesuai dengan ajaran Islam yang memang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.
Selama bergaul dengan para kader PKS, yang saya temui bukanlah orang-orang yang berambisi jadi penguasa. Malah sebaliknya, hampir semua kader PKS adalah orang-orang yang tidak pernah bersedia jika dicalonkan untuk menduduki jabatan tertentu. Kalaupun akhirnya menerima, itu karena terpaksa, dan mereka melihat itu sebagai takdir. Mereka melihat itu sebagai kesempatan untuk memperluas lahan dakwah.
Ya, sepanjang yang saya lihat, motivasi utama para kader PKS dalam berpolitik bukanlah untuk meraih kekuasaan, namun untuk menjalankan tugas dakwah di muka bumi ini.
Dan karena motivasi dakwah inilah, senyum manis para kader PKS terhadap rakyat tidak hanya kita temukan pada masa-masa kampanye. Memang, di masa kampanye mereka terlihat agresif dalam merebut simpati rakyat. Secara jujur, saya pun mengakui hal ini. Tapi bukankah hal seperti ini juga dilakukan oleh partai-partai lain? Dan yang perlu diingat, senyum manis kader PKS ini ternyata tidak hanya berlangsung di masa-masa kampanye. Senyum manis dan tulus mereka hadir setiap saat, kapan dan di mana saja. Bahkan beberapa hari setelah pemilu usai, mereka tetap aktif menyelenggarakan kegiatan bakti sosial, membantu rakyat yang menderita karena terkena banjir, dan seterusnya. Kalau dipikir-pikir secara logika politik orang awam, buat apa mereka melakukan hal ini? Buat apa mereka mencari simpati rakyat padahal pemilu sudah usai?
* * *
Sungguh! Kenyataan seperti itulah yang membuat saya tetap konsisten, memutuskan untuk tetap berada di barisan pendukung PKS. Saya tahu, dalam masalah BBM saya telah dikecewakan oleh PKS. Namun saya juga tahu, PKS bukan hanya mengurus politik. Di PKS, saya menemukan Islam dalam arti yang sebenar-benarnya. Di PKS, saya berkesempatan untuk berkenalan dengan manusia-manusia yang luar biasa, manusia-manusia yang konsisten dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan mereka. Di PKS, saya terus-menerus diingatkan oleh para ikhwah sahabat saya, untuk tetap konsisten menjadi seorang muslim yang baik, muslim yang selalu konsisten dalam berislam secara kaffah. Saya akui, sejak bergabung dengan PKS saya merasa hidup saya lebih bahagia dan lebih tenang.
Dengan kondisi ini, akankah saya meninggalkan PKS hanya gara-gara partai dakwah ini melakukan sebuah “kesalahan” dan membuat saya kecewa? Jawaban saya: TIDAK.
Namun demikian, saya juga tak lupa berdoa, agar di masa depan, PKS tetap menjadi partai yang saya banggakan, yang selalu membuat keputusan yang membela kepentingan rakyat. Saya berdoa agar di masa depan, PKS tidak pernah lagi membuat keputusan yang membuat saya kecewa.
Terima kasih, salam sukses selalu!
JONRU
Mendukung Gerakan “1 Juta Kader PKS Menulis”
0 komentar :
Posting Komentar