NEWS UPDATE :
Assalamu'alaikum,..sahabat. Terima kasih atas kunjungannya di blog media PKS Tambora. Semoga apa yang disajikan disini bermanfaat untuk anda, dan juga jalinan ukhuwah ini berkelanjutan... ■ Kabar Gembira! Kini sudah dibuka Pendaftaran Anggota Baru PKS untuk Anda, Silakan hubungi Pengurus Cabang ataupun Pengurus Ranting di kelurahan masing-masing ■ Do'akan agar PKS Terus Bekerja Untuk Indonesia ■ dengan Cinta. semangat Kerja. hadirkan Harmoni. ■ Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Melayani #AYTKTM ■ PKS Selalu Dekat dan Melayani ■ Kobarkan Semangat Indonesia ■ Jangan lupa, 9 April 2014, pilih dan coblos PKS nomor TIGA ■ Admin menerima tulisan dari pembaca berupa tausiah, nasehat, opini, hikmah, inspirasi, resensi, motivasi, info kegiatan, acara, profil tokoh, dengan cara mengirimkannya ke alamat email: media.tambora@gmail.com ■ Terima Kasih

POSTINGAN TERBARU:

Rohis Dan Stigma Politik

24/09/12


Mahfudz Shiddiq
PKS Tambora - Saya mau berbagi cerita tentang Rohis sebagai orang yang tahun 80-an awal aktif di Rohis SMA dan tetapi aktif membina Rohis saat kuliah. Tahun 80-an awal Rohis belum sepopuler unit kegiatan siswa seperti KIR dan Pencinta Alam. Ini dipengaruhi situas-kondisi politik Orba. Tesis Islam vs Negara di masa 80-an awal menciptakan stigma negatif tentang aktivitas dan aktivis Islam di sekolah dan kampus. Saat itu juga berkembang ide sekularisme dari sejumlah pemikir muslim yang mendapatkan resistensi dari kelompok-kelompok muslim lainnya.

Stigmatisasi politik Orba dan Ide sekulerisasi Agama itu yang mendorong semangat untuk kembangkan kegiatan Rohis di sekolah dan kampus. Hal ini mewarnai karakter Rohis yang cenderung bersifat alienatif dan purivikatif. Pihak sekolah dan kampus juga belum sepenuhnya mendukung.

Derivasinya terlihat dari tema-tema kajian Rohis yang kental ideologis dan perspektif sosio-politis dalam menyikapi keadaan. Para aktivis Rohis pun berpartisipasi dalam social-action misalnya untuk tema jilbab dan asas tunggal. Tema kajian dan aksi yang sensitif saat itu. Ini yang perkuat diferensiasi Rohis dari unit kegiatan lain yang populer dan didukung penuh sekolah dan kampus. Namun justru ini jadi nutrisi. Militansi dan mobilitas untuk kembangkan Rohis memang membuat konsentrasi akademik aktivisnya terpecah dan terbagi.

Namun, aktivis Rohis dominan sebagai sosok otodidak cerdas dan dinamis, namun lack of asesori akademis. Persis seperti banyak aktivis politik lain. Perubahan positif Rohis muncul di era 80-an ketika ada pergeseran pendekatan politik negara terhadap Islam yang akomodatif. Ruang penerimaan terhadap Rohis dari sekolah dan kampus mulai terbuka. Seiring itu terjadi adaptasi dan inovasi sistem di Rohis. Misalnya identifikasi Rohis sebagai arus moderasi sebagai antitesa dari radikalisme Islam yang distigma-kan rezim Orba.

Lalu reorientasi tema Rohis pada aspek akademik dan pembinaan akhlak karimah. Tema ideologis-politis mulai terseimbangkan. Akselerasi orientasi moderasi, akademik dan akhlakul-karimah terakselerasi saat BJ Habibie buka jalur scholarship ke manca-negara. Mulai banyak aktivis Rohis yang berkompetisi akademik dan berkesempatan dapat beasiswa ke universitas di Eropa dan Jepang. Menyusul AS dan Australia.

Lalu secara kelembagaan Rohis mulai mapan dan bahkan bersinergi dengan unit kegiatan lain. Dukungan sekolah dan kampus pun positif. Kompetensi akademik, akhlakul-karimah dan moderasi pupuk leadership baru para aktivis Rohis. Mereka mulai pimpin OSIS dan Senat Mahasiswa. Arus demokratisasi gelombang ketiga di dunia berkembang juga ikut mewarnai Rohis. Mid 90-an mereka ikut kaji tema demokrasi Islam. Alhasil aktivis Rohis di sekolah dan kampus ikut merespon arus demokratisasi yang menerjang Orba. Warna baru dalam peta aktor demokratisasi.

Boleh dibilang era 90-an adalah masa suburnya Rohis sebagai sumber pembentukan lapisan baru generasi bangsa yang menganut jargon Iman-Ilmu-Amal. Sekali lagi dengan karakter moderasi, akademik, akhlakul-karimah, dinamisme dan kepemimpinan. Rohis muncul sebagai aset baru bangsa. Era reformasi, setelah berpartisipasi dalam agenda perubahan politik, Rohis kembali ke basic-agenda nya. Dapur pencetakan generasi baru bangsa. Kini Rohis menghadapi tantangan baru, yaitu liberalisasi yang menerpa ragam aspek kehidupan. Tantangan lebih berat dari sebelumnya.

Liberalisasi yang lahirkan kebebasan yang cenderung disorientatif, seperti hedonisme, permisivisme dan new urban life style. Ada pasti tahu hal ini. Sisi lain, sistem politik baru yang belum efektif menciptakan kritisisme aktivis Rohis terhadap politik. Perlahan mereka tarik garis dari ruang ini. Ini dua situasi-kondisi baru yang dihadapi Rohis, tantangan liberalisasi dan disefektivitas sistem politik. Lalu apa respon mereka ?
Setahu saya, mereka masih fokus pada penguatan – lagi-lagi – karakter moderasi, akademik, akhlakul-karimah dan dinamisme kepemimpinan. Namun apakah mereka akan memformulasi respon baru yang lebih substantif? Saya belum tahu pasti. Ada aroma “kegelisahan” positif.

Pertanyaannya, apakah ada yang akan menstimulir dan men-trigger kegelisahan para aktivis Rohis ini dengan aneka tujuan? Saya harus tiup peluit keras untuk me-warning siapapun yang punya “niat-jahat” terhadap Rohis. Misalnya dengan stigma “sarang rekrutmen teroris muda” !

Stigma itu hanya muncul dari mulut kotor yang ingin hancurkan lapisan generasi yang justru sangat dibutuhkan Indonesia masa depan. Apakah Anda akan mengubah sosok moderat, berprestasi akademik, berakhlak baik dan berjiwa kepemimpinan dinamis menjadi paradoks baru? Dan bahkan Anda pun tidak punya andil dalam membangun mereka sejak sebagai bayi yang menangis keras? Berhentilah mengaramkan kapal bangsa ini.

Jiwa dan akal mereka sedang terusik ketika stigma sepihak “sarang rekrutmen teroris muda” ditempelkan secara terbuka ke publik. Maka perhatikan mereka baik-baik dengan pikiran jernih dan mata bersih. 

Saya hanya ingin ucapkan terima kasih kepada Rohis atas kontribusi Anda semua. Dakwah Rohis itu “menunjukkan dan menjelaskan”. Bukan boikot-boikotan. Biarkan mereka jadi pribadi cerdas dan berani. Biarkan Rohis bertemu dengan media, KPI, Dewan Pers, BNPT, Dosen UIN Jakarta itu, bahkan ke DPR untuk “wa jadilhum bil-latii hiya ahsan...”



Disarikan dari kultwitt @Mahfudz Shiddiq 
Share this Article on :

0 komentar :

Posting Komentar

 
© Copyright PKS Tambora 2011-2014 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com .