Oleh Ustadz Abdullah
Haidir
on twitter: @abdullahhaidir1
Penyakit
berat yang mengancam kehidupan kita adalah hasad atau dengki. Hasad adalah
tidak suka dengan kebaikan yang ada pada orang lain, bahkan dia ingin agar
kebaikan itu hilang dari orang tersebut.
Dikatakan bahwa
pada setiap manusia tidak ada yang sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada yang
dapat menahannya, tapi ada yang tidak dapat membendungnya. Karena itu kita
diperintahkan untuk sering-sering berlindung dari penyakit hasad dan dari orang
hasad. Sebab jika hasad sudah bersarang di hati, dari sana lahir berbagai keburukan
dan perbuatan nista. Dan orang yang paling rugi atas sifat hasad adalah orang
yang hasad itu sendiri. Baik terhadap dirinya, maupun agamanya.
Dalam
sejarahnya, pembangkangan dan permusuhan sumbernya adalah hasad. Iblis
membangkang kepada Allah, karena hasad terhadap Nabi Adam, mengapa dia yang
terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah (Al-A’raf 12). Qabil
membunuh habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat isteri lebih
cantik darinya dan kurbannya diterima sedang dia tidak. Perhatikan bagaimana
kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada adiknya yang masih kecil.
Tak lain karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf.
Kaum Yahudi
yang hasad terhadap Rasulullah SAW dan bangsa Arab yang mendapatkan kemuliaan
akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista. Abdullah bin Ubay bin
Salul yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah SAW, menjadikannya sebagai gembong
munafik dengan segala perbuatan liciknya. Begitulah seterusnya, hasad tidak
pernah sepi dari kehidupan manusia.
Benarlah
jika dikatakan bahwa hasad memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu
bakar. Hasad membuat gelap mata, yang tampak hanyalah keburukan orang yang
didengki. Tidak sedikitpun kebaikan dia akui, walau sebenarnya banyak. Hasad
lahir karena kehidupan yang lebih berorientasi dunia, materi, pamor,
popularitas, kedudukan dan jabatan, dan lain-lain.
Hasad dapat
menjangkiti siapa saja, tak terkecuali orang yang sedang berada di jalan dakwah
sekalipun. Rasulullah SAW tidak khawatir dengan kefakiran umatnya. Dia justeru
khawatir ketika pintu-pintu dunia terbuka. Lalu umatnya saling berlomba-lomba
mengejar dunia, saling sikut dan saling dengki (HR. Muslim).
Mari periksa
lagi diri kita dari sifat hasad berlindunglah kepada Allah dari penyakit yang
satu ini. Biasakan melapangkan dada kita terhadap kebaikan-kebaikan yang
dimiliki saudara-saudara kita. Bahkan kita ikut gembira dengan kegembiraan
mereka. Obat hasad paling mujarab adalah kembali kepada Allah, mengingat
kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tidak berorientasi duniawi
semata.
Jika ada orang
yang hasad terhadap kita, juga jangan terlalu sedih dan galau. Karena orang-orang
yang lebih mulia dari kita pun tetap ada yang hasad kepadanya. Berlindunglah kepada
Allah dari orang yang hasad. Kemudian tetaplah berjalan di jalan kebaikan.
Jangan sekali2 kebaikan kita hentikan karena hasad orang lain. Cukuplah
ketenangan, keteguhan serta senyum kita membuat orang yang hasad kian
menderita. Penderitaan yang tak berpahala, justeru berdosa.
Jangan balas
hasad dengan hasad. Balaslah dengan doa, ucapan baik, dan menebar cinta, kerja dan
harmoni. Jangan terlalu berharap orang yang hasad akan berubah. Ini memang
jenis penyakit yang sulit dihilangkan. Yang penting diri kita tetap ajeg dan
kuat. Kata Mu’awiyah ra: “Semua
permusuhan mudah dipadamkan. Kecuali permusuhan yang sumbernya adalah hasad.”
Riyadh,
Rajab 1434 H
0 komentar :
Posting Komentar