oleh Bayu Prioko | @bayprio
Sejak
kemaren, denger laporan dari teman-teman, bahwa sinetron sekarang menempatkan
Islam sebagai “tersangka” kejelekan. Gak suka sinetron, tapi akhirnya tadi saya
sempatkan nonton Haji Medit di SCTV, agar bisa lihat sendiri. Asli saya risau dan
malu. Saya juga pernah nonton Islam KTP, Haji Muhidin, Ustad Fotocopy. Saya pun
malu menontonnya. Di sinetron itu, Islam digambarkan kejam, jahil, bodoh,
tamak, kikir dan sifat tercela lainya. Saya sempat berfikir, apakah ada agenda
TV tertentu merendahkan agama mayoritas negeri ini?.
Saya sebagai
Muslim jelas risau, tidak suka, kecewa dengan sinetron SARA yang ditayangkan.
Jauh dari nilai Islam yang sesungguhnya. Dulu juga pernah ada sinetron tentang
Pesantren Rock, dicitrakan pesantren tempat pacaran. Dulu, pernah dilarang tampilan Ustad/Kyai yang
dikesankan hanya sebagai pengusir setan.
Fungsi kyai dan
ustad hanya sebatas dipanggil untuk melawan makhluk halus. Padahal ulama
penerus risalah para nabi. Sinetron sekarang,
jauh dari unsur pendidikan, justru bertentangan dengan akhlak terpuji. Sekarang muncul lagi sinetron dengan simbol-simbol Islam tapi
kelakuanya jahiliyah. Bernama Haji Medit. KPI Pusat mana nih?
Medit itu
sama dengan kikir, pelit, tidak suka berbagi, yang artinya jauh dari akhlak
terpuji. Sinetron jaman sekarang bawa istilah-istilah Islam. Kalo ada jeleknya,
Islam yang kena cap jelek. Apa sutradaranya gak mikir? Ustad, Haji, Kyai adalah
simbol Islam, yang dihormati, karena guru dan pendakwah. Bukan simbol agama
lain.
Saat ini ada skenario TV untuk memfitnah Ustad atau Haji. Seakan-akan yang
dapat gelar ustad atau haji adalah nista. Justru secara tidak sadar saat ini, yang
dijelek-jelekkan sinetron SARA bukan Ustad/Haji, tapi ISLAM.
Setelah
Islam KTP yang menggambarkan si Madit sebagai haji yang kikir dan pelit dan
suka menghina. Citra Islam jadi jelek. Sinetron SARA tentang Haji Muhidin yang
akhlaknya tidak terpuji, sombong, tamak. Menggambarkan Islam seolah-olah
mengajarkan begitu. Apa manfaat sinetron SARA Ustad Fotocopy?. Saya lihat aneh,
itu bukan karakteristik ustad. Ustad/guru agama tidak untuk becandaan.
Bagaimana
reaksi KPI Pusat jika ada sinetron dengan cerita Pendeta atau biksu yang jahat,
antagonis dan bodoh? Bagaimana reaksi KPI
Pusat, jika ada sinetron dengan cerita Pendeta atau biksu pelit dan melecehkan
agamanya? Saat ini ada sinetron SARA,
menggambarkan Ustad/Haji (umat Islam) seolah-olah bodoh, kikir, jahil, tidak
beradab.
Kenapa sinetron sekarang menceritakan simbol-simbol Islam seperti,
haji dan ustad yang bodoh, tamak, jahat, pelit. Any Agenda? Kenapa sinetron sekarang
melecehkan simbol-simbol Islam. Di gambarkan Islam itu rendah, tak berakhlak,
kuno dan jahiliyah? Sinetron sekarang menghina apa?. Kenapa tokoh antagonis yang
jahat dan berpenyakit hati selalu diperankan oleh “ustad” / “haji”?
Wajar jika banyak
yang menyangka kalau ada agenda terselubung, misi untuk “downgrade” simbol
Islam. Lihat pengambilan judul-judulnya. Tukang Bubur Naik Haji, Ustad
Fotocopy, Haji Medit, semua sinetron ini membuat tokoh seorang Haji, namun
diluar figur islami.
Paradigma SARA harus segera di ganti, banyak cerita lain yang
membuat orang tertarik menontonnya.
Sorry. Mohon maaf kepada para produser, ulama adalah
pewaris para nabi, dan Haji identik dengan tokoh Islam, jangan nistakan.
Terimakasih.
sumber : kultwit oleh @bayprio
0 komentar :
Posting Komentar