NEWS UPDATE :
Assalamu'alaikum,..sahabat. Terima kasih atas kunjungannya di blog media PKS Tambora. Semoga apa yang disajikan disini bermanfaat untuk anda, dan juga jalinan ukhuwah ini berkelanjutan... ■ Kabar Gembira! Kini sudah dibuka Pendaftaran Anggota Baru PKS untuk Anda, Silakan hubungi Pengurus Cabang ataupun Pengurus Ranting di kelurahan masing-masing ■ Do'akan agar PKS Terus Bekerja Untuk Indonesia ■ dengan Cinta. semangat Kerja. hadirkan Harmoni. ■ Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Melayani #AYTKTM ■ PKS Selalu Dekat dan Melayani ■ Kobarkan Semangat Indonesia ■ Jangan lupa, 9 April 2014, pilih dan coblos PKS nomor TIGA ■ Admin menerima tulisan dari pembaca berupa tausiah, nasehat, opini, hikmah, inspirasi, resensi, motivasi, info kegiatan, acara, profil tokoh, dengan cara mengirimkannya ke alamat email: media.tambora@gmail.com ■ Terima Kasih

POSTINGAN TERBARU:

Kartini, Bukan Pejuang Emansipasi

21/04/13

Oleh: Anis Byarwati 
Penasihat Rumah Keluarga Indonesia



Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari RA. Kartini. Seorang perempuan kelahiran Jepara yang dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan, tokoh yang dianggap memperjuangkan kesetaraan gender. Tapi benarkah demikian?

Buah pikiran dan perjuangan Kartini terhadap perlunya pendidikan bagi perempuan, sesungguhnya bukan untuk kesetaraan gender, bukan untuk emansipasi, tetapi agar perempuan memiliki bekal yang layak untuk menjalankan kewajibannya, yaitu sebagai ibu generasi, sebagai pendidik pertama anak-anaknya.

Pendapat tersebut didasari dari ungkapan pikiran RA. Kartini yang ditulis pada masa hidupnya. “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”. Demikian surat RA. Kartini kepada Prof. Anton dan istrinya pada 4 Oktober 1902.

Dalam tulisan lain pada tahun berikutnya, 1903, Kartini juga mengungkapkan, “Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal”.

Oleh karena itu, seharusnya Kartini tidak lagi disebut sebagai pejuang emansipasi perempuan yang menginginkan adanya kesetaraan hak dan kewajiban yang sama antara perempuan dan laki-laki, tetapi disebut sebagai pejuang pendidikan perempuan yang menginginkan agar perempuan memiiki pendidikan yang layak, pendidikan yang memberikan bekal budi pekerti dan menjadikan perempuan sebagai ibu dan pendidik yang cerdas serta terampil dalam menjalankan kewajibannya.

Apa yang dilakukan Kartini pada masa itu, sesungguhnya selaras dengan perjuangan perempuan saat ini. Kartini pada saat itu menyadari bahwa perempuan adalah kunci peradaban dan memiliki peran besar dalam pendidikan bagi anak-anak.

Sedangkan perempuan saat ini memperjuangkan agar keluarga Indonesia menjadi keluarga berkualitas karena keluarga berkualitas adalah pilar peradaban bangsa. Perempuan menyadari bahwa berbicara tentang keluarga berkualitas tidak dapat dilepaskan dari upaya memberikan bekal pendidikan yang mumpuni bagi perempuan dengan tidak melupakan upaya untuk menghadirkan sosok laki-laki atau ayah dalam mendidik anak-anak dan membangun keluarganya. []



Sumber : https://www.facebook.com/anis.byarwati
Share this Article on :

0 komentar :

Posting Komentar

 
© Copyright PKS Tambora 2011-2014 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com .