Bayu |
kompasiana
Sejak dijadikannya LHI,mantan Presiden PKS, sebagai
tersangka percobaan penyuapan impor sapi, PKS sepertinya tak lagi fokus pemilu
2014. Ada beberapa hal yang menjadi tanda kondisi ini, yaitu :
1. Pergantian kepemimpinan.
Kurang dari 24 jam setelah penetapan LHI sebagai tersangka
pada Rabu (30/01) malam. LHI langsung mengundurkan diri pada Kamis (31/01)
sore. Sehingga pejabat Presiden PKS menjadi kosong. Sebuah lembaga/perusahaan
akan terguncang apabila pucuk pimpinannya kosong, apalagi jika hal tersebut
terjadi akibat kasus hukum. PKS yang selama ini solid juga terguncang, beberapa
kader keheranan dan galau dengan status tersangka LHI pada Rabu (30/01) malam
tersebut. Mereka tidak menyangka dan bingung apabila kelak ditanya oleh kader,
simpatisan atau masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Masa keguncangan
tersebut ternyata tidak lama, kurang dari 24 jam dari pengunduran LHI, PKS sdh
memiliki Presiden partai yang baru.
Majelis Syuro (lembaga tertinggi semacam MPR di PKS)
menyepakati M. Anis Matta sebagai Presiden PKS yang baru pada Jumat (01/02)
siang. Jabatan Sekjen PKS pun beralih kepada M Taufiq Ridho (Mantan Ketua DPW
PKS Jawa Barat yang memenangkan Aher pada 2008). Ada yang berpendapat bahwa
keputusan yang diambil sangat cepat ini terkesan terburu-buru. Tetapi sebagian
pengamat dan ahli menganggap bahwa disinilah kelebihan PKS dibandingkan
partai-partai lain.
Mereka tidak memiliki sifat yang meng-kultus-kan seorang
individu sekalipun itu seorang Presiden partai. Tidak ada perpecahan di
internal partai, bahkan mereka lebih solid. Mereka sangat profesional, kasus
hukum LHI diserahkan kepada kuasa hukum, sedangkan struktur partai ditingkat
pusat hingga ranting/desa/kelurahan tetap bekerja melayani masyarakat. Mereka
tidak perlu mengadakan Kongres/Muktamar/Rapimnas untuk proses penggantian
kepemimpinan yang menyedot dana, waktu atau bahkan menimbulkan adu kuat kubu
internal.
2. Fokus pembenahan internal.
Dijadikannya LHI sebagai tersangka menjadi pukulan berat
bagi PKS yang selama ini mengusung slogan Bersih, Peduli dan Profesional. Anis
Matta sebagai Presiden baru menyerukan Pertobatan Nasional. Menurutnya mungkin
saja ada kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan atau ada kekurangan dari apa
yang telah terjadi. Sehingga pertobatan ini sebagai sarana mengevaluasi dan
melakukan pembenahan internal.
Seruan ini seolah menandakan PKS akan lebih fokus pada
kondisi internal dibandingkan keinginan untuk menarik pemilih diluar lingkar
pengaruh PKS. Sehingga perkembangan / peningkatan pemilih PKS cukup diragukan.
PKS lebih fokus untuk melakukan konsolidasi internal dan merawat soliditas
kader. Mereka berharap bahwa soliditas internal sebagai pondasi untuk melakukan
kerja-kerja besar selanjutnya.
Dengan soliditas internalnya yang kuat, PKS menjadi
satu-satunya partai yang tegar di saat partai-partai lain karam diterjang
Tsunami SBY/PD pada Pemilu 2009. Sebagian ahli/pengamat menilai langkah kedua
PKS ini juga tepat setelah melakukan pergantian kepemimpinan dengan tradisi dan
cara yang berbeda dari partai lain.
3. Mundurnya Anis Matta sebagai Wakil Ketua DPR.
Saat terpilih sebagai Presiden PKS, Anis Matta langsung
menyatakan akan mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua DPR. Bahkan kursi anggota
DPR RI pun ia tinggalkan. Berbeda dengan Anas Urbaningrum yang mundur saat
terpilih sebagai Ketua Umum PD di tahun 2010 pada saat PD baru saja memenangi
Pemilu. Anis Matta justru meninggalkan kursi tersebut ketika PKS tersandung
masalah dan waktu kurang 2 tahun sebelum Pemilu 2014. Biasanya di masa-masa
seperti ini para petinggi parpol justru mengincar kursi empuk maupun ‘area
basah’ sebagai sarana untuk pengumpulan dana operasional pemilu.
Sangat terlihat, bahwa Anis Matta sangat ingin memperkuat
internal PKS dengan mundurnya ia dari kursi DPR RI. Hal ini juga secara
otomatis menjauhkan dirinya sebagai Presiden PKS dari sorotan media yang selama
ini juga menempatkan PKS sebagai ‘objek penderita’ dalam sebagian headlinenya.
Karena prinsip ‘Bad News is Good News’
sangat berlaku bagi PKS, tetapi tidak bagi partai lainnya. Saat PKS diterpa isu
korupsi, laporan mantan anggota yang menyerang pimpinan PKS, maka media
beramai-ramai mem-blow up-nya berhari-hari dan menjadi headline. Akan tetapi
ketika kasus-kasus tersebut tidak terbukti dan ditolak oleh lembaga hukum baik
pengadilan bahkan MA, hanya sedikit tampil atau bahkan tidak ditampilkan sama
sekali.
Ya, pengunduran diri dalam rangka menghindari rangkap
jabatan bagi pimpinan PKS adalah sebuah tradisi lain di partai ini. Sejak Nur
Mahmudi Ismail diangkat menjadi Menteri Kehutanan era Presiden Gus Dur, Hidayat
Nur Wahid sebagai Ketua MPR 2004 - 2009, dan Tifatul Sembiring sebagai Menteri
Komunikasi dan Informasi era SBY, semua Presiden PKS tersebut mengundurkan diri
dari kursi Presiden. Dan kini Anis Matta mengundurkan sebagai Wakil Ketua DPR
RI di saat dirinya diberi amanah Presiden PKS. Sepertinya para pemimpin PKS
menyadari dan menghindari adanya konflik kepentingan apabila rangkap jabatan
pejabat tinggi negara dan pimpinan partai.
4. Kunjungan Anis Matta ke beberapa provinsi.
Seperti proses pemilihan Presiden baru setelah pengunduran
diri LHI, Anis Matta tidak perlu waktu lama untuk melakukan kunjungan. Kurang
dari 14 hari, Anis Matta telah mengunjungi 6 provinsi besar se-Indonesia. Hal
ini dilakukan juga dalam rangka konsolidasi internal menghadapi kondisi terkini
di PKS. Sehingga Anis Matta merasa perlu untuk berkunjung sekaligus menyemangati
para kadernya. Setelah memukau masyarakat Indonesia melalui orasinya saat
terpilih sebagai Presiden PKS tanggal 1 Februari 2013 yang disiarkan langsung
oleh 2 stasiun TV berita TVONE dan Metro TV (keduanya dimiliki oleh kompetitor
politik PKS yaitu Golkar dan Nasdem), Anis Matta langsung mendapat simpati dari
kader, simpatisan bahkan para pemilih yang selama ini tidak menyukai PKS.
Ternyata hal ini tidak hanya terjadi saat orasi pertama di
Jakarta, basis kuat PKS (pemenang saat 2004 dan juara 2 di 2009). Tetapi para
kader, simpatisan dan masyarakat sekitar bahkan wisatawan asing juga menghadiri
dan mengikuti Orasi Anis Matta baik secara live maupun melalui rekaman yang
bisa kita dapatkan di portal youtube.com. Maka, Jawa Barat pada hari Minggu
(03/02) sebagai basis tradisional Golkar, PDIP dan Demokrat menjadi tempat
pertama yang Anis kunjungi. Sedangkan Sumatera Utara sebagai basis tradisional
Golkar dan PPP di Pulau Sumatera dikunjunginya pada hari Senin (04/02). Jabar
dan Sumut sedang menghadapi proses Pemilihan Gubernur 2013. Sehingga kedatangan
Anis Matta sebagai salah satu pembangkit semangat para kader. Bahkan ia
membawakan puisi Chairil Anwar. Sebagian yang menyaksikannya berorasi
menyandingkan Anis Matta sebagai Soekarno Muda atau Hamka Muda atau Bung Tomo
Abad 21, dll.
Tidak sampai disana, hari Jumat (08/02) Anis Matta
mengunjungi DIY yang merupakan kampung halaman Amien Rais (pendiri PAN). Hari
Sabtu (09/02) giliran Jatim sebagai basis PKB dan kampung halaman Soekarno
(Proklamator, Presiden pertama RI serta ayah dari Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarno Putri) serta kampung halaman SBY (pendiri dan Ketua Dewan Pembina PD).
Di hari Munggu (10/02), giliran Anis Matta pulang kampung ke Sulsel (kawasan
terpadat di Indonesia bagian Timur) yang juga kampung halaman Jusuf Kalla
(mantan Wakil Presiden dan juga mantan Ketua Partai Golkar). Maka kunjungan
pada hari Selasa (12/02) di Bali sebagai basis PDIP menjadi penutup rangkaian
kunjungan Anis Matta ke 6 provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk cukup
tinggi tersebut.
Kalau sebagian pengamat menilai bahwa kunjungan Anis Matta
ini sebagai sarana konsolidasi internal PKS menghadapi ujian kasus LHI. Maka
saya sebagai penulis menilai, ini adalah Serangan Cinta Anis Matta ke
basis-basis ‘rival politik’ PKS. Basis ke-6 partai besar dan menengah selain
PKS telah didatangi oleh Anis Matta, kemudian ia ‘menyerang’ dengan orasi yang
menggetarkan para hadirin dan penonton video rekamannya, sehingga mereka
terpukau dan simpati kepada PKS. Bahkan ribuan orang dari daerah mendaftarkan
diri menjadi anggota PKS.
Anis Matta yang selalu mengungkapkan Salam Cinta dalam
setiap orasinya membuat lokasi tempat orasinya tak cukup menampung peserta yang
datang dengan kecintaan mereka. Ia yang selalu menjadikan kisah para nabi dan
sahabat Rasulullah saw sebagai nilai-nilai yang menggelorakan semangat para
kader untuk terus bekerja melayani masyarakat. Bahkan ia tidak segan menjadikan
film Mission Imposibble 4 : Ghost
Protocol sebagai media pembelajaran untuk menghadapi Pemilu ke-4 PK/PKS
dengan Slogan MI 4 “No Plan, No Back Up,
No Choice”.
KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang terjadi di PKS setelah penetapan LHI
sebagai tersangka kasus percobaan penyuapan dan menjadi kesimpulan penulis :
1. PKS adalah partai modern yang mampu melakukan proses-proses kerja yang sistematis, secara cepat, hemat, tidak menimbulkan konflik internal dan tidak mengandalkan (mengkultuskan) individu.
2. Soliditas internal PKS menjadi kekuatan PKS dibandingkan semua partai yang bertarung di Pemilu 2014. Karena partai lain sudah mengalami perpecahan atau perpindahan para tokohnya : Golkar yang berpecah menjadi Gerindra dan Hanura setelah pemilihan Ketua Umum 2005 kemudian dilanjutkan dengan Nasdem di 2010, PPP yang berpecah menjadi PBR, PKB yang berpecah menjadi PKNU dan PKBIB, PDIP yang berpecah menjadi PDP setelah Pemilu 2004, sebagian tokoh PAN juga ada yang bergabung dengan Nasdem serta konflik internal yang terjadi di PD sampai saat ini bahkan ada yang mengatakan sebagian sudah ada yang berpindah ke Nasdem.
3. Rangkap jabatan publik dan partai sekaligus adalah hal tabu di PKS, sehingga apabila terjadi dalam satu waktu, maka kader PKS akan segera mengundurkan diri dari salah satu jabatan tersebut.
4. Kunjungan dan orasi Anis Matta ke 6 provinsi dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut adalah sarana konsolidasi internal sekaligus ekspansi ke wilayah basis lawan politik PKS. Sehingga masa-masa ini dimanfaatkan oleh PKS untuk memperkuat internal sekaligus menarik sebanyak-banyaknya pemilih lawan untuk mendaftarkan diri menjadi anggota PKS.
Kembali ke pertanyaan awal dari tulisan ini, apakah yang menimpa PKS dengan kasus percobaan penyuapan kepada LHI menjadikan PKS tidak lagi fokus Pemilu 2014 ? Apakah PKS dapat memenangkan Pemilu 2014 ?
Anis Matta mengatakan pada saat orasi di Bali bahwa, “Jadi
bukan lagi sekedar memenangkan pemilu, tetapi kita harus melampaui pertanyaan
tentang ‘Apakah kita siap memenangkan pemilu?’ tetapi pada pertanyaan lain
‘Apakah kita mampu memimpin republik ini ke depan?’ Jadi saudara sekalian,
dengan demikian pertanyaan tentang ‘Apakah kita akan memenangkan pemilu?’ saya
anggap tidak lagi relevan. Pertanyaan kita sekarang adalah ‘Ini adalah jalan
kita menuju kepemimpinan.”
Maka, PKS tidak lagi memikirkan bagaimana menjadi 3 besar
atau memenangkan pemilu, tetapi mereka sudah bercita-cita untuk memimpin negeri
ini. Memimpin RI di 2014.
Tangerang, 19 Februari 2013. ■
Sumber:
0 komentar :
Posting Komentar